Cerita Lucu - Kodok Pincang
Banyak hal yang enggak bisa gue lupain gitu aja sewaktu gue masih di SMA. Salah satunya tentang guru olahraga gue. Namanya Arul, postur tubuhnya tinggi langsing dengan rambut tipis. Dia banyak cerita tentang pengalamannya, diantara semua pengalamannya, jujur dari lubuk hati gue paling dalam, enggak ada satupun yang bisa gue percaya. Gue enggak percaya dia pernah bermain di klub bola Bayern Munchen, kalau dia memang pernah pasti dia udah jadi pelatih bola bukan jadi guru olahraga. Dia mungkin mempunyai kepercayaan diri yang sangat sangat tinggi.
Pengalaman menarik pada saat jam pelajarannya itu pas dia sedang menjelaskan gaya dalam berenang. Gue yakin kalau kalian lihat bagaimana dia mempraktekkannya, pasti kalian akan sawan/kesambet. Tapi yang bikin seru adalah kita enggak boleh ketawa pada saat dia menjelaskannya. Sumpah ini seperti acara Tahan Tawa yang ada di Trans TV. Kalau di Tahan Tawa ada bopak sebagai pengujinya disekolah kami ada Arul.
Pengalaman menarik pada saat jam pelajarannya itu pas dia sedang menjelaskan gaya dalam berenang. Gue yakin kalau kalian lihat bagaimana dia mempraktekkannya, pasti kalian akan sawan/kesambet. Tapi yang bikin seru adalah kita enggak boleh ketawa pada saat dia menjelaskannya. Sumpah ini seperti acara Tahan Tawa yang ada di Trans TV. Kalau di Tahan Tawa ada bopak sebagai pengujinya disekolah kami ada Arul.
Kami sekelas sebenarnya tidak ada yang tahan ingin ketawa pada saat dia mempraktekan renang gaya kodok. Gayanya enggak seperti kodok yang normal tapi lebih mirip kodok pincang. Mungkin lebih bagus kodok pincang kali daripada dia.
Pada saat itu salah satu temen gue ketangkep kamera sedang tertawa karena gaya kodok pincang itu. Dan keluarlah jati diri Arul sebagai sosok kejam yang dtakuti oleh para murid sekolah itu termasuk gue. Dia merasa direndahkan oleh pansek karena sudah berani menertawakannya. Sebenarnya satu kelas pada ketawa semua sih cuma panseknya aja lagi kena sial. Kasihan banget memang pansek dia mungkin belum mandi wajib makanya kena sial seperti itu.
Satu kelas langsung sunyi, enggak ada yang berani bicara, enggak ada yang berani bergerak, enggak ada yang berani membuka mulut dan enggak ada yang berani bernapas. Kasian pada mati semua dong.hehe Gue pengen banget nyarankan pansek untuk pura pura gila jadi dia enggak kena marahnya Arul. Tapi gue masih mencoba mengumpulkan keberanian gue. Setetes demi setetes gue kumpulin dan akhirnya gue urungkan niat baik gue ini karena Arul makin marah dan menyuruh pansek untuk keluar dari kelas pada saat itu juga.
Setelah kejadian yang menegangkan itu berakhir, suasana kelas menjadi hening dan serius menerima pelajarannya kecuali gue dan 3 teman gue. Kami berempat masih aja ngeledek dia. Kami memang segerombolan siswa yang usil dan sering nyeletuk disaat guru menjelaskan. Terutama si Alam, dia terlihat serius tetapi sebenarnya dia itu orang gila yang turun kedunia dan ditugaskan untuk mengganggu kami semua.
Arul pun makin semangat menjelaskan dan kami makin enggak ngerti dengan semua gaya yang dia praktekan. Gue ngeliat keluar jendela berharap ada mobil ambulance dari rumah sakit jiwa. “Semoga aja dia bukan pak Arul yang asli semoga dia orang gila yang sedang menyamar menjadi pak Arul.” Itu doa gue pada saat itu.
Yang gue senang itu pada saat dia kehabisan bahan untuk cerita. Hanya dengan itu dia mau membebaskan kami dari kelas dan mata pelajaran yang berbahaya yang mungkin bisa membuat kami jadi tertular oleh dia.
Gue sadar pada saat kuliah, banyak ilmu dan nasehat yang gue dapat dari beliau. Gue beranggapan dia melakukan itu semua agar kami bisa punya cita cita yang tinggi. Agar selalu berusaha untuk bisa dapetin apa yang kita inginkan. Tapi Gue hanya bisa membalasnya dengan ucapan Terima Kasih.
Pada saat itu salah satu temen gue ketangkep kamera sedang tertawa karena gaya kodok pincang itu. Dan keluarlah jati diri Arul sebagai sosok kejam yang dtakuti oleh para murid sekolah itu termasuk gue. Dia merasa direndahkan oleh pansek karena sudah berani menertawakannya. Sebenarnya satu kelas pada ketawa semua sih cuma panseknya aja lagi kena sial. Kasihan banget memang pansek dia mungkin belum mandi wajib makanya kena sial seperti itu.
Satu kelas langsung sunyi, enggak ada yang berani bicara, enggak ada yang berani bergerak, enggak ada yang berani membuka mulut dan enggak ada yang berani bernapas. Kasian pada mati semua dong.hehe Gue pengen banget nyarankan pansek untuk pura pura gila jadi dia enggak kena marahnya Arul. Tapi gue masih mencoba mengumpulkan keberanian gue. Setetes demi setetes gue kumpulin dan akhirnya gue urungkan niat baik gue ini karena Arul makin marah dan menyuruh pansek untuk keluar dari kelas pada saat itu juga.
Setelah kejadian yang menegangkan itu berakhir, suasana kelas menjadi hening dan serius menerima pelajarannya kecuali gue dan 3 teman gue. Kami berempat masih aja ngeledek dia. Kami memang segerombolan siswa yang usil dan sering nyeletuk disaat guru menjelaskan. Terutama si Alam, dia terlihat serius tetapi sebenarnya dia itu orang gila yang turun kedunia dan ditugaskan untuk mengganggu kami semua.
Arul pun makin semangat menjelaskan dan kami makin enggak ngerti dengan semua gaya yang dia praktekan. Gue ngeliat keluar jendela berharap ada mobil ambulance dari rumah sakit jiwa. “Semoga aja dia bukan pak Arul yang asli semoga dia orang gila yang sedang menyamar menjadi pak Arul.” Itu doa gue pada saat itu.
Yang gue senang itu pada saat dia kehabisan bahan untuk cerita. Hanya dengan itu dia mau membebaskan kami dari kelas dan mata pelajaran yang berbahaya yang mungkin bisa membuat kami jadi tertular oleh dia.
Gue sadar pada saat kuliah, banyak ilmu dan nasehat yang gue dapat dari beliau. Gue beranggapan dia melakukan itu semua agar kami bisa punya cita cita yang tinggi. Agar selalu berusaha untuk bisa dapetin apa yang kita inginkan. Tapi Gue hanya bisa membalasnya dengan ucapan Terima Kasih.
0 comments:
Post a Comment